Ngopi Bareng Jurnalis, Menteri Mukhtarudin Ajak Media Perkuat Narasi Migrasi Aman dan Bermartabat
-
 
          Ngopi Bareng Jurnalis, Menteri Mukhtarudin Ajak Media Perkuat Narasi Migrasi Aman dan Bermartabat
JAKARTA – Dalam suasana santai namun penuh makna, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin bersama Wakil Menteri Christina Aryani menggelar acara coffee morning bersama jurnalis dari berbagai media nasional di kantor Kementerian P2MI, Jakarta, pada Kamis 23 Oktober.
Lebih dari sekadar silaturahmi, pertemuan ini menjadi platform strategis untuk memperkuat kemitraan antara pemerintah dan media dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya migrasi aman, legal, dan bermartabat.
Membangun Jembatan dengan Media
Mukhtarudin membuka acara dengan nada hangat, menegaskan bahwa media adalah mitra kunci dalam menyampaikan informasi yang akurat dan konstruktif kepada publik.
“Saya tidak ingin ada jarak dengan teman-teman jurnalis. Acara ini adalah kesempatan untuk saling mengenal, berbagi pandangan, dan mendengar masukan. Kritik dari media sangat kami hargai untuk memperbaiki kinerja kami,” ujarnya.
Pernyataan ini mencerminkan kesadaran KemenP2MI akan peran media sebagai agen perubahan sosial. Dalam konteks pekerja migran, di mana informasi yang salah atau kurang dapat memperburuk kerentanan pekerja, media memiliki tanggung jawab besar untuk membantu menyebarkan narasi yang tepat.
Acara ini juga menunjukkan pendekatan proaktif KemenP2MI dalam membangun hubungan simbiosis dengan media, bukan hanya sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai mitra dialog.
Tantangan Migrasi Non-Prosedural
Dalam diskusi yang berlangsung, Mukhtarudin menyoroti salah satu tantangan terbesar dalam perlindungan pekerja migran, maraknya keberangkatan secara non-prosedural.
“Pekerja migran yang berangkat secara ilegal sering kali menjadi sumber masalah. Kami tidak tahu mereka berangkat melalui jalur apa, bekerja di mana, atau dalam kondisi seperti apa. Ini menyulitkan pemerintah untuk memberikan perlindungan,” jelas Mukhtarudin.
Data dari KemenP2MI menunjukkan bahwa pekerja migran non-prosedural sering kali menjadi korban eksploitasi, mulai dari penipuan oleh calo, upah yang tidak dibayar, hingga kasus yang lebih serius seperti perdagangan manusia.
Berbeda dengan pekerja migran resmi, yang keberangkatannya diatur melalui perjanjian kerja, jaminan sosial, dan pengawasan hukum, pekerja non-prosedural tidak memiliki perlindungan dasar ini.
"Pekerja resmi hampir tidak pernah menimbulkan masalah serius karena sistemnya sudah jelas. Yang non-prosedural justru rentan karena ketidaktahuan mereka tentang prosedur yang benar,” tegas Mukhtarudin.
Fenomena ini tidak terlepas dari tantangan struktural, seperti kurangnya literasi migrasi di kalangan masyarakat, akses terbatas ke informasi resmi, dan praktik calo yang memanfaatkan ketidaktahuan calon pekerja migran.
Untuk itu, Mukhtarudin menekankan pentingnya sosialisasi kampanye migrasi aman yang masif, dengan media sebagai ujung tombak penyampaian pesan kepada masyarakat luas.
Sistem Penempatan Terintegrasi: Solusi dari Hulu ke Hilir
Untuk mengatasi masalah ini, KemenP2MI sedang merancang sistem penempatan pekerja migran yang terintegrasi, mencakup seluruh rantai proses migrasi, mulai dari pelatihan pra-keberangkatan, penempatan di negara tujuan, hingga pemberdayaan pekerja migran yang kembali ke tanah air (purna migran).
Sistem ini melibatkan kolaborasi lintas sektoral dengan 12 kementerian dan lembaga vokasi, serta kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri untuk memperkuat diplomasi perlindungan di negara tujuan.
“Kami ingin pekerja migran Indonesia tidak hanya berangkat dengan aman, tetapi juga pulang dengan martabat. Mereka harus punya keterampilan yang kompetitif, sehingga bisa berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional,” ujar Mukhtarudin, menggemakan arahan Presiden yang menekankan pentingnya pekerja migran terampil.
Pendekatan ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mengubah paradigma pekerja migran dari tenaga kerja berkeahlian rendah menjadi tenaga kerja yang berdaya saing tinggi. Misalnya, melalui pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja internasional, pekerja migran diharapkan mampu mengisi posisi yang lebih strategis, seperti perawat, teknisi, atau pekerja di sektor teknologi, bukan hanya pekerja domestik atau buruh kasar.
Program Strategis KemenP2MI
Sejak Oktober 2024 hingga Oktober 2025, KemenP2MI telah meluncurkan sejumlah inisiatif strategis untuk mendukung visi tersebut, antara lain:
1. KUR Penempatan Pekerja Migran Indonesia.
Program Kredit Usaha Rakyat ini telah menyalurkan Rp60 miliar kepada lebih dari 2.000 penerima manfaat untuk mendukung keberangkatan pekerja migran secara resmi. Dana ini membantu biaya pelatihan, administrasi, dan kebutuhan lainnya, sehingga pekerja tidak terjebak dalam utang kepada calo.
2. Migrant Center di Perguruan Tinggi
KemenP2MI bekerja sama dengan universitas untuk mendirikan pusat informasi dan pelatihan bagi calon pekerja migran. Pusat ini juga berfungsi sebagai wadah edukasi tentang migrasi aman.
3. Kelas Migran untuk Siswa SMK
Program ini menargetkan siswa sekolah kejuruan untuk diberikan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja global, sekaligus literasi tentang prosedur migrasi resmi.
4. Pengembangan Desa Migran Emas
Inisiatif ini fokus pada pemberdayaan ekonomi di desa-desa yang menjadi kantong pekerja migran, dengan tujuan menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang berkelanjutan, termasuk untuk purna migran.
Program-program ini menunjukkan pendekatan holistik KemenP2MI dalam menangani isu pekerja migran, tidak hanya dari sisi perlindungan, tetapi juga pemberdayaan ekonomi dan sosial.
Peran Media dalam Mengubah Paradigma
Acara coffee morning ini ditutup dengan komitmen bersama antara KemenP2MI dan media untuk memperkuat edukasi publik tentang migrasi aman.
Media diminta tidak hanya melaporkan kasus-kasus pelanggaran, tetapi juga mengamplifikasi kisah sukses pekerja migran resmi dan program pemerintah yang mendukung mereka. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat bahwa migrasi yang dilakukan dengan benar tidak hanya aman, tetapi juga dapat menjadi jalan menuju kesejahteraan.
“Media punya kekuatan untuk mengubah persepsi. Kami harap teman-teman jurnalis bisa membantu kami menyebarkan pesan bahwa migrasi aman adalah pilihan terbaik bagi pekerja migran dan keluarganya,” tutup Mukhtarudin.
Analisis dan Refleksi
Acara ini mencerminkan langkah strategis KemenP2MI dalam menghadapi tantangan kompleks di sektor pekerja migran. Dengan melibatkan media, pemerintah menunjukkan pemahaman bahwa perubahan sosial tidak dapat dilakukan hanya melalui kebijakan, tetapi juga melalui narasi publik yang kuat.
Namun, keberhasilan kampanye migrasi aman akan bergantung pada sejauh mana pemerintah dapat menjangkau komunitas di daerah-daerah terpencil, di mana calo sering kali menjadi sumber informasi utama bagi calon pekerja migran.
Selain itu, kerja sama lintas kementerian dan diplomasi internasional yang digalakkan KemenP2MI menunjukkan pendekatan yang lebih terkoordinasi dibandingkan masa lalu.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal penegakan hukum terhadap sindikat calo dan harmonisasi regulasi antarnegara tujuan. Keberlanjutan program seperti Desa Migran Emas juga perlu didukung dengan evaluasi dampak yang ketat untuk memastikan manfaat nyata bagi masyarakat.
 
             
            
            
            
           
          
         
                 
                 
                     
                    _di_Era_Baru_kepada_BP3MI,_Kementerian_P2MI_Terima_Masukan_Kendala_Implementasi_KUR_di_Lapangan_P9162916_edit.jpg)