Wednesday, 5 November 2025
logo

Berita

Berita Utama

Terima Audiensi PT Panca Boga Sekawan Terkait Program Kesempatan Kedua bagi Napi, Menteri Mukhtarudin: Tetap Kedepankan Kualifikasi

-

00.11 5 November 2025 75

Terima Audiensi PT Panca Boga Sekawan Terkait Program Kesempatan Kedua bagi Napi, Menteri Mukhtarudin: Tetap Kedepankan Kualifikasi

Jakarta, KemenP2MI (5/11) -- Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menerima audiensi dari PT Panca Boga Sekawan, di kantor Kementerian P2MI, Rabu 5 November 2025.

Pertemuan ini membahas visi misi serta arah pelaksanaan program 'Kesempatan Kedua', sebuah inisiatif pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan (lapas) agar memiliki keterampilan kerja yang siap terserap di pasar tenaga kerja luar negeri.

PT Panca Boga Sekawan, perusahaan berbasis di Bali yang bergerak dalam penyediaan tenaga kerja, menyampaikan bahwa program ini telah ada sejak 2017, namun belum dijalankan secara optimal.

Dalam pertemuan tersebut, pihak PT Panca Boga Sekawan memaparkan rencana program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka yang berfokus pada pembekalan keterampilan teknis dan kemampuan bahasa asing bagi calon pekerja migran dari kalangan mantan narapidana. 

Salah satu bidang yang disiapkan adalah pelatihan tenaga kerja welder (pengelasan), yang memiliki permintaan tinggi di pasar kerja global.

Mereka berharap para narapidana dapat dibina menjadi tenaga kerja produktif yang mampu bekerja sebagai pekerja migran Indonesia di luar negeri. 

Sesuai Kebutuhan Pasar dan Arahan Presiden

Menteri Mukhtarudin menyambut baik usulan tersebut, sembari menekankan kesesuaian dengan kebutuhan pasar kerja luar negeri.

 "Arahan Presiden Prabowo ada dua hal penting yakni kualitas SDM. Ke depan, kita siapkan pekerja migran yang punya skill tinggi," kata Mukhtarudin.

Mukhtarudin juga akan berkoordinasi intensif dengan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) di Bali.

"Artinya, PT Panca Boga Sekawan ini harus siap menyediakan SDM sesuai kebutuhan. Agar yang dilatih tidak mubazir, saat keluar lapas mereka langsung terserap. Kami akan koordinasi untuk fasilitasi penyerapannya," imbuh Menteri Mukhtarudin

Langkah selanjutnya, Kementerian P2MI akan berkoordinasi dengan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Republik Indonesia (Kemenimipas). "Karena untuk narapidana, bukan hanya skill, tapi mental juga harus dicek," ungkap Mukhtarudin.

Menteri Mukhtarudin menegaskan pentingnya proses seleksi yang ketat agar calon pekerja migran dari kalangan mantan narapidana memenuhi seluruh standar kompetensi dan kesiapan yang dipersyaratkan.

“Mereka tetap harus melalui tahapan seperti psikotes, tes kesehatan, dan uji kemampuan bahasa asing. Ini penting agar tenaga kerja yang kita kirim benar-benar siap dan memenuhi kualifikasi yang diharapkan negara tujuan,” tambahnya.

Pembinaan mental dan karakter juga ditegaskan sebagai aspek penting. Kesiapan mental dan kedisiplinan perlu dibangun agar mantan narapidana benar-benar siap beradaptasi dan tidak kembali melakukan pelanggaran hukum di luar negeri.

“Keterampilan teknis dan bahasa memang penting, tetapi mental dan karakter juga harus dibentuk. Kita ingin memastikan mereka tidak hanya siap bekerja, tetapi juga memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab agar tidak mengulangi kesalahan di negara tujuan,” beber Mukhtarudin.

Menteri Mukhtarudin mengatakan pentingnya berkoordinasi dengan Kementerian Sosial dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan  tersebut guna memperkuat sinergi pelaksanaan program dan pemetaan calon peserta dari kalangan mantan narapidana agar program tepat sasaran.

“Nanti biar Kemenimipas saja yang memprofiling, mana mantan narapidana yang masih punya potensi dan bisa kembali produktif. Dengan begitu, program ini bisa berjalan dengan lebih terarah dan hasilnya optimal,” ujar Mukhtarudin.

Direktur PT Panca Boga Sekawan Hari Widjianto mengatakan pihaknya melalui program CSR-nya berkomitmen menyiapkan fasilitas pelatihan berbasis kompetensi dan pendampingan sosial bagi peserta program “Kesempatan Kedua”, agar mereka tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga memiliki mental dan karakter yang kuat untuk bekerja di luar negeri.

“Kami percaya setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua. Melalui pelatihan ini, kami ingin membantu mereka memperoleh masa depan yang lebih baik,” ujar Hari Widjianto.*